Teman-teman
kali ini saya akan share salah satu tugas dari Keamanan Jaringan dari matkul
Network Security tentang IDS dan IPS. Mari kita mambahas tentang IDS terlebih
dahulu. Apa itu IDS?
Intrusion Detection
System (IDS)
IDS (Intrusion Detection System) adalah sebuah sistem yang melakukan pengawasan terhadap traffic jaringan dan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan yang mencurigakan di dalam sebuah sistem jaringan. IDS akan memberikan peringatan kepada sistem atau administrator jika menemukan kegiatan-kegiatan yang mencurigakan berhubungan dengan traffic jaringan. IDS juga merespon terhadap traffic yang tidak normal/ anomali melalui aksi pemblokiran seorang user atau alamat IP (Internet Protocol).
IDS sendiri muncul dengan beberapa jenis dan pendekatan yang berbeda yang intinya berfungsi untuk mendeteksi traffic yang mencurigakan didalam sebuah jaringan. Beberapa jenis IDS adalah yang berbasis jaringan (NIDS) dan berbasis host (HIDS).
Ada IDS yang bekerja dengan cara mendeteksi berdasarkan pada pencarian ciri-ciri khusus dari percobaan yang sering dilakukan. Cara ini hampir sama dengan cara kerja perangkat lunak antivirus dalam mendeteksi dan melindungi sistem terhadap ancaman. Kemudian ada juga IDS yang bekerja dengan cara mendeteksi berdasarkan pada pembandingan pola traffic normal yang ada dan kemudian mencari ketidaknormalan traffic yang ada. Ada IDS yang fungsinya hanya sebagai pengawas dan pemberi peringatan ketika terjadi serangan dan ada juga IDS yang bekerja tidak hanya sebagai pengawas dan pemberi peringatan melainkan juga dapat melakukan sebuah kegiatan yang merespon adanya percobaan serangan terhadap sistem jaringan dan komputer.
A. Jenis-jenis IDS
1.
NIDS (Network Intrusion Detection System)
IDS jenis ini ditempatkan disebuah tempat/ titik yang strategis atau sebuah
titik didalam sebuah jaringan untuk melakukan pengawasan terhadap traffic yang
menuju dan berasal dari semua alat-alat (devices) dalam jaringan. Idealnya
semua traffic yang berasal dari luar dan dalam jaringan di lakukan di scan,
namun cara ini dapat menyebabkan bottleneck yang mengganggu kecepatan akses di
seluruh jaringan.
2.
HIDS (Host Intrusion Detection System)
IDS jenis ini berjalan
pada host yang berdiri sendiri atau perlengkapan dalam sebuah jaringan. Sebuah
HIDS melakukan pengawasan terhadap paket-paket yang berasal dari dalam maupun
dari luar hanya pada satu alat saja dan kemudian memberi peringatan kepada user
atau administrator sistem jaringan akan adanya kegiatan-kegiatan yang
mencurigakan yang terdeteksi oleh HIDS.
3. SignatureBased
IDS yang berbasis pada
signature akan melakukan pengawasan terhadap paket-paket dalam jaringan dan
melakukan pembandingan terhadap paket-paket tersebut dengan basis data
signature yang dimiliki oleh sistem IDS ini atau atribut yang dimiliki oleh
percobaan serangan yang pernah diketahui. Cara ini hampir sama dengan cara
kerja aplikasi antivirus dalam melakukan deteksi terhadap malware. Intinya
adalah akan terjadi keterlambatan antara terdeteksinya sebuah serangan di
internet dengan signature yang digunakan untuk melakukan deteksi yang
diimplementasikan didalam basis data IDS yang digunakan. Jadi bisa saja basis
data signature yang digunakan dalam sistem IDS ini tidak mampu mendeteksi
adanya sebuah percobaan serangan terhadap jaringan karena informasi jenis
serangan ini tidak terdapat dalam basis data signature sistem IDS ini. Selama
waktu keterlambatan tersebut sistem IDS tidak dapat mendeteksi adanya jenis
serangan baru.
4.
AnomalyBased
IDS jenis ini akan mengawasi traffic dalam jaringan dan melakukan perbandingan traffic yang terjadi dengan rata-rata traffic yang ada (stabil). Sistem akan melakukan identifikasi apa yang dimaksud dengan jaringan “normal” dalam jaringan tersebut, berapa banyak bandwidth yang biasanya digunakan di jaringan tersebut, protolkol apa yang digunakan, port-port dan alat-alat apa saja yang biasanya saling berhubungan satu sama lain didalam jaringan tersebut, dan memberi peringatan kepada administrator ketika dideteksi ada yang tidak normal, atau secara signifikan berbeda dari kebiasaan yang ada.
IDS jenis ini akan mengawasi traffic dalam jaringan dan melakukan perbandingan traffic yang terjadi dengan rata-rata traffic yang ada (stabil). Sistem akan melakukan identifikasi apa yang dimaksud dengan jaringan “normal” dalam jaringan tersebut, berapa banyak bandwidth yang biasanya digunakan di jaringan tersebut, protolkol apa yang digunakan, port-port dan alat-alat apa saja yang biasanya saling berhubungan satu sama lain didalam jaringan tersebut, dan memberi peringatan kepada administrator ketika dideteksi ada yang tidak normal, atau secara signifikan berbeda dari kebiasaan yang ada.
5.
PassiveIDS
IDS jenis ini hanya berfungsi sebagai pendeteksi dan pemberi peringatan. Ketika traffic yang mencurigakan atau membahayakan terdeteksi oleh IDS maka IDS akan membangkitkan sistem pemberi peringatan yang dimiliki dan dikirimkan ke administrator atau user dan selanjutnya terserah kepada administrator apa tindakan yang akan dilakukan terhadap hasil laporan IDS.
IDS jenis ini hanya berfungsi sebagai pendeteksi dan pemberi peringatan. Ketika traffic yang mencurigakan atau membahayakan terdeteksi oleh IDS maka IDS akan membangkitkan sistem pemberi peringatan yang dimiliki dan dikirimkan ke administrator atau user dan selanjutnya terserah kepada administrator apa tindakan yang akan dilakukan terhadap hasil laporan IDS.
6.
ReactiveIDS
IDS jenis ini tidak hanya melakukan deteksi terhadap traffic yang mencurigakan dan membahayakan kemudian memberi peringatan kepada administrator tetapi juga mengambil tindakan proaktif untuk merespon terhadap serangan yang ada. Biasanya dengan melakukan pemblokiran terhadap traffic jaringan selanjutnya dari alamat IP sumber atau user jika alamat IP sumber atau user tersebut mencoba melakukan serangan lagi terhadap sistem jaringan di waktu selanjutnya.
IDS jenis ini tidak hanya melakukan deteksi terhadap traffic yang mencurigakan dan membahayakan kemudian memberi peringatan kepada administrator tetapi juga mengambil tindakan proaktif untuk merespon terhadap serangan yang ada. Biasanya dengan melakukan pemblokiran terhadap traffic jaringan selanjutnya dari alamat IP sumber atau user jika alamat IP sumber atau user tersebut mencoba melakukan serangan lagi terhadap sistem jaringan di waktu selanjutnya.
B. Implementasi IDS
Salah satu contoh penerapan IDS di dunia nyata adalah dengan menerapkan sistem IDS yang bersifat open source dan gratis. Contohnya SNORT. Aplikasi Snort tersedia dalam beberapa macam platform dan sistem operasi termasuk Linux dan Window$. Snort memiliki banyak pemakai di jaringan karena selain gratis, Snort juga dilengkapi dengan support system di internet sehingga dapat dilakukan updating signature terhadap Snort yang ada sehingga dapat melakukan deteksi terhadap jenis serangan terbaru di internet.
IDS tidak dapat bekerja sendiri jika digunakan untuk mengamankan sebuah jaringan. IDS harus digunakan bersama-sama dengan firewall. Ada garis batas yang tegas antara firewall dan IDS.
C.
Cara kerja IDS
Ada beberapa cara bagaimana IDS bekerja. Cara yang paling populer adalah dengan menggunakan pendeteksian berbasis signature (seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa antivirus), yang melibatkan pencocokan lalu lintas jaringan dengan basis data yang berisi cara-cara serangan dan penyusupan yang sering dilakukan oleh penyerang. Sama seperti halnya antivirus, jenis ini membutuhkan pembaruan terhadap basis data signature IDS yang bersangkutan.
Metode selanjutnya adalah dengan mendeteksi adanya anomali, yang disebut sebagai Anomaly-based IDS. Jenis ini melibatkan pola lalu lintas yang mungkin merupakan sebuah serangan yang sedang dilakukan oleh penyerang. Umumnya, dilakukan dengan menggunakan teknik statistik untuk membandingkan lalu lintas yang sedang dipantau dengan lalu lintas normal yang biasa terjadi. Metode ini menawarkan kelebihan dibandingkan signature-based IDS, yakni ia dapat mendeteksi bentuk serangan yang baru dan belum terdapat di dalam basis data signature IDS. Kelemahannya, adalah jenis ini sering mengeluarkan pesan false positive. Sehingga tugas administrator menjadi lebih rumit, dengan harus memilah-milah mana yang merupakan serangan yang sebenarnya dari banyaknya laporan false positive yang muncul.
Teknik lainnya yang digunakan adalah dengan memantau berkas-berkas sistem operasi, yakni dengan cara melihat apakah ada percobaan untuk mengubah beberapa berkas sistem operasi, utamanya berkas log. Teknik ini seringnya diimplementasikan di dalam HIDS, selain tentunya melakukan pemindaian terhadap log sistem untuk memantau apakah terjadi kejadian yang tidak biasa.
D. Kelebihan
dan kekurangan IDS
a)
Kelebihan
1. Dapat
mendeteksi “external hackers” dan serangan jaringan internal.
2. Dapat
disesuaikan dengan mudah dalam menyediakan perlindungan untuk keseluruhan
jaringan.
3. Dapat dikelola
secara terpusat dalam menangani serangan yang tersebar dan bersama-sama.
4. Menyediakan
pertahanan pada bagian dalam.
5. Menyediakan
layer tambahan untuk perlindungan.
6. IDS memonitor
Internet untuk mendeteksi serangan.
7. IDS membantu
organisasi utnuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan keamanan yang efektif.
8. IDS
memungkinkan anggota non-technical untuk melakukan pengelolaan keamanan
menyeluruh.
9. Adanya
pemeriksaan integritas data dan laporan perubahan pada file data.
10. IDS
melacak aktivitas pengguna dari saat masuk hingga saat keluar.
11. IDS
menyederhanakan sistem sumber informasi yang kompleks.
12. IDS memberikan
integritas yang besar bagi infrastruktur keamanan lainnya
b)
Kekurangan
1.
Lebih bereaksi pada serangan daripada mencegahnya.
2.
Menghasilkan data yang besar untuk dianalisis.
3.
Rentan terhadap serangan yang “rendah dan lambat”.
4.
Tidak dapat menangani trafik jaringan yang
terenkripsi.
5.
IDS hanya melindungi dari karakteristik yang dikenal.
6.
IDS tidak turut bagian dalam kebijakan keamanan yang
efektif, karena dia harus diset terlebih dahulu.
7.
IDS tidak menyediakan penanganan kecelakaaN.
8.
IDS tidak mengidentifikasikan asal serangan.
9.
IDS hanya seakurat informasi yang menjadi dasarnya.
10.
Network-based IDS rentan terhadap “overload”.
11.
Network-based IDS dapat menyalahartikan hasil dari
transaksi yang mencurigakaN.
12.
Paket terfragmantasi dapat bersifat problematis
E. Contoh
program IDS
1. chkwtmp
Program yang melakukan pengecekan terhadap entry kosong. dalam arti wtmp mencatat sesuatu tapi isinya kosong.
2. tcplogd
Program yang mendeteksi stealth scan. stealth scan adalah scanning yang
dilakukan tanpa harus membuat sebuah sesi tcp. sebuah koneksi tcp dapat terbentuk
jika klien mengirimkan paket dan server mengirimkan kembali paketnya dengan
urutan tertentu, secara terus menerus sehingga sesi tcp dapat berjalan. stealth
scan memutuskan koneksi tcp sebelum klien menrima kembali jawaban dari server.
scanning model ini biasanya tidak terdeteksi oleh log umum di linux.
3. hostsentry
Program yang mendeteksi login anomali. anomlai disini termasuk perilaku aneh
(bizzare behaviour), anomali waktu (time anomalies), dan anomali lokal (local
anomalies).
4. snort
Snort adalah program IDS yang bekerja pada umumnya pada sistem operasi Linux, namun banyak pula versi yang dapat digunakan di beragam platform. Snort pada umumnya merujuk kepada intrusion detection system yang sifatnya lightweight atau ringan karena diperuntukkan bagi jaringan kecil. Snort sangat fleksibel karena arsitekturnya yang berbasis rule.
Snort adalah program IDS yang bekerja pada umumnya pada sistem operasi Linux, namun banyak pula versi yang dapat digunakan di beragam platform. Snort pada umumnya merujuk kepada intrusion detection system yang sifatnya lightweight atau ringan karena diperuntukkan bagi jaringan kecil. Snort sangat fleksibel karena arsitekturnya yang berbasis rule.
Intrusion Prevention System (IPS)
Intrusion Prevention
System merupakan kombinasi antara fasilitas blocking capabilities dari Firewall
dan kedalaman inspeksi paket data dari Intrusion Detection System (IDS). IPS
diciptakan pada awal tahun 1990-an untuk memecahkan masalah serangan yang
selalu melanda jaringan komputer. IPS membuat akses kontrol dengan cara melihat
konten aplikasi, dari pada melihat IP address atau ports, yang biasanya
dilakukan oleh firewall. IPS komersil pertama dinamakan BlackIce diproduksi
oleh perusahaan NetworkIce, hingga kemudian berubah namanya menjadi
ISS(Internet Security System). Sistem setup IPS sama dengan sistem setup IDS.
IPS mampu mencegah serangan yang datang dengan bantuan administrator secara
minimal atau bahkan tidak sama sekali. Secara logic IPS akan menghalangi suatu
serangan sebelum terjadi eksekusi dalam memori, selain itu IPS membandingkan
file checksum yang tidak semestinya mendapatkan izin untuk dieksekusi dan juga
bisa menginterupsi sistem call.
A. Jenis-jenis IPS
1. Host-based Intrusion Prevention System
Host Based IPS (HIPS) bekerja dengan memaksa
sekelompok perangkat lunak fundamental untuk berkovensi secara konstan. Hal ini
disebut dengan Application Binary Interface (ABI). Hampir tidak mungkin untuk
membajak sebuah aplikasi tanpa memodifikasi Application Binary Interface,
karena konvensi ini bersifat universal di antara aplikasi-aplikasi yang
dimodifikasi. HIPS merupakan sebuah system pecegahan yang terdiri dari banyak
layer, menggunakan packet filtering, inspeksi status dan metode pencegahan
intrusi yang bersifat real-time untuk menjaga host berada di bawah keadaan dari
efisiensi performansi yang layak. Mekanisme kerjanya yaitu dengan mencegah
kode-kode berbahaya yang memasuki host agar tidak dieksekusi tanpa perlu untuk
mengecek threat signature.
2. Network Intrusion Prevention System
Network Based
IPS (NIPS), yang juga disebut sebagai “In-line proactive protection”, menahan
semua trafik jaringan dan menginspeksi kelakuan dan kode yang mencurigakan.
Karena menggunakan in-line model, performansi tinggi merupakan sebuah elemen
krusial dari perangkat IPS untuk mencegah terjadinya bottleneck pada jaringan.
Oleh karena itu, NIPS biasanya didesain menggunakan tiga komponen untuk
mengakselerasi performansi bandwidth, yaitu :
·
Network Chips (Network processor)
·
FPGA Chips
·
ASIC Chips
Network Based
IPS (NIPS) biasanya dibangun dengan tujuan tertentu, sama halnya dengan switch
dan router. Beberapa teknologi sudah diterapkan pada NIPS, seperti signature
matching, analisa protocol dan kelainan pada protocol, identifikasi dari pola
trafik, dan sebagainya. NIPS dibuat untuk menganalisa, mendeteksi, dan
melaporkan seluruh arus data dan disetting dengan konfigurasi kebijakan
keamanan NIPS, sehingga segala serangan yang datang dapat langsung terdeteksi.
Kebijakan keamanan NIPS sendiri terdiri dari:
1. Content based
Intrusion Prevention System, yang bertugas mengawasi isi dari paket-paket yang
berlalu lalang dan mencari urutan yang unik dari paket-paket tersebut, berisi
virus worm, trojan horse,dll.
2. Rate based
Intrusion Prevention System, bertugas mencegah dengan cara memonitor melalui
arus lalu lintas jaringan dan dibandingkan dengan data statistic yang tersimpan
dalam database.
Apabila RBIPS
mengenali paket-paket yang tidak jelas, maka langsung mengkarantina paket
tersebut.
Baik host based maupun network IPS memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. HIPS dapat mengatasi semua jenis jaringan yang terenkripsi dan dapat menganalisa semua kode, sedangkat NIPS tidak menggunakan prosesor dan memori di client maupun host. NIPS tidak selalu bagus, kadang bisa gagal dalam mendeteksi serangan, kadang bisa langsung mendeteksi serangan. Keuntungan NIPS adalah administrasinya yang gampang.
Baik host based maupun network IPS memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. HIPS dapat mengatasi semua jenis jaringan yang terenkripsi dan dapat menganalisa semua kode, sedangkat NIPS tidak menggunakan prosesor dan memori di client maupun host. NIPS tidak selalu bagus, kadang bisa gagal dalam mendeteksi serangan, kadang bisa langsung mendeteksi serangan. Keuntungan NIPS adalah administrasinya yang gampang.
B. Cara kerja IPS
Firewall merupakan
sebuah system yang menerapkan sebuah kebijakan kontrol akses yang memeriksa
trafik data yang lalu lalang dan memblok paket data yang tidak sesuai dengan
kebijakan keamanan. Sebuah Intrusion Detection System (IDS) memonitor
performansi system atau jaringan, mencari pola tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kebijakan keamanan atau tanda-tanda serangan yang dapat dikenali, dan
kemudian jika ditemukan maka IDS akan memicu alarm. Di sini, firewall akan
menolak serangan yang sudah pasti/jelas, sementara trafik yang mencurigakan
akan dibiarkan lewat. Di sisi lain, IDS memonitor semua data di dalam jaringan,
memberitahukan administrator jaringan akan adanya serangan pada saat serangan
mulai ‘hidup’ dan berada di dalam jaringan. Dengan kata lain, baik IDS maupun
firewall tidak mampu memblokir serangan ketika intrusi benar-benar telah
terjadi.
Lebih jauh lagi, IPS
sebenarnya lebih dari sekedar IDS + firewall. IPS didesain sebagai sebuah
embedded system yang membuat banyak filter untuk mencegah bermacam-macam
serangan seperti hacker, worm, virus, Denial of Service (DoS) dan trafik
berbahaya lainnya, agar jaringan enterprise tidak menderita banyak kerugian
bahkan ketika security patch terbaru belum diterapkan. Pembangunan IPS
didasarkan pada sebuah modul “in-line”: data melewati perangkat IPS dari satu
ujung dari kanal data tunggal, hanya data yang sudah dicek dan divalidasi oleh
mesin IPS yang diperbolehkan untuk lewat menuju ujung lain dari kanal data.
Pada scenario ini, paket yang mengandung tanda-tanda serangan pada paket
asalnya akan dibersihkan dari jaringan.
Penggunaan multiple filter pada IPS membuatnya secara signifikan lebih efektif ketika menginspeksi, mengidentifikasi dan memblokir serangan berdasarkan urutan waktu. IPS membuat filter baru ketika sebuah metode serangan baru diidentifikasi. Mesin inspeksi paket data IPS normalnya terdiri dari integrated circuit yang didesain untuk inspeksi data mendalam. Setiap serangan yang mencoba mengeksploitasi kelemahan dari layer 2 sampai layer 7 OSI akan difilter oleh mesin IPS yang mana, secara tradisional, kemampuan firewall hanya terbatas sampai modul 3 atau 4 saja. Teknologi packet-filter dari firewall tradisional tidak menerapkan inspeksi untuk setiap byte dari segmen data yang bermakna tidak semua serangan dapat diidentifikasikan olehnya.
Secara kontras, IPS
mampu melakukan inspeksi tersebut dan semua paket data diklasifikasikan dan
dikirim ke filter yang sesuai menurut informasi header yang ditemukan di segmen
data, seperti alamat asal, alamat tujuan, port, data field dan sebagainya.
Setiap filter bertanggung jawab untuk menganalisis paket-paket yang berkaitan,
dan yang mengandung tanda-tanda membahayakan akan didrop dan jika dinyatakan
tidak berbahaya akan dibiarkan lewat. Paket yang belum jelas akan diinspeksi
lebih lanjut. Untuk setiap tipe serangan berbeda, IPS membutuhkan sebuah filter
yang bersesuaian dengan aturan filtering yang sudah ditentukan sebelumnya.
Aturan-aturan ini mempunyai definisi luas untuk tujuan akurasi, atau memastikan
bahwa sebisa mungkin jangkauan aktifitas yang luas dapat terenkapsulasi di
dalam sebuah definisi. Ketika mengklasifikasikan sebuah aliran data, mesin
filter akan mengacu pada informasi segmen paket, menganalisa konteks dari field
tertentu dengan tujuan untuk mengimprovisasi akurasi dari proses filtering.
sumber : http://bocahsoenyi.blogspot.com/2010/11/ids-intrusion-detection-system.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar